Ketika Kita Meragui Diri

Antara hal yang tersusah untuk ditelan dan dicerna ke dalam minda kehidupan kita itu, adalah penerimaan secara menyeluruh terhadap diri kita. Baik dari segi keberadaan kita pada waktu sekarang, apa yang kita lakukan, di mana posisi kehidupan kita yang sekarang. Kerana kita menjalani hidup sehari-hari, pasti sesekali kita melihat kiri dan kanan. Di kiri dan kanan itu, ada kawan atau sahabat yang kehidupannya tidak sama seperti kita. Mungkin pada kacamata kita, kehidupan mereka lebih baik daripada apa yang kita ada. Di kiri dan kanan itu, ada teleskop yang kita guna untuk mengukur sejauh mana kita telah pergi dalam kehidupan kita sebagai seorang anak atau juga sebagai seorang kita.

Bukan sekali dua kita bersoal jawab dan mempersoalkan diri sendiri; apa yang kamu lakukan, wahai diri? Kenapa masih di sini? Kenapa tidak jauh pergi kamu seperti orang-orang yang kamu kenal? Kenapa keberadaanmu seakan-akan beban dan tidak menyenangkan? Dan pertanyaan yang lain seperti; sampai bila kamu hendak begini? Adakah kesudahan kehidupanmu nanti tidak meninggalkan kesan bahagia sekurang-kurangnya terhadap keluarga atau orang-orang yang menyayangimu dan yang kamu sayangi?

Pertanyaan-pertanyaan yang sangat menyakitkan, kan?

Dalam sekian berbillion manusia di atas muka bumi ini, kenapa kita yang seorang individu ini terasa seperti tersekat pada posisi kehidupan kita yang sekarang? Kadang-kadang kita merasakan bahawa kita tiada jalan keluar, sekarang atau beberapa tahun akan datang. Segala pertanyaan tersebut bermain-main dalam minda, siang dan malam. Dan wajah kita, tingkah kita, mempamerkan wajah yang biasa kepada semua orang. Namun tidak jiwa kita. Kerana jiwa itu, sedang menanggung ketakutan, rasa rendah diri, rasa tidak berfungsi sebagai seorang manusia. Bukan sahaja kepada diri sendiri, tapi juga kepada keluarga dan dunia.

Persoalan-persoalan ditransformasi menjadi tayangan masa depan setiap hari.

Continue reading “Ketika Kita Meragui Diri”